Powered By Blogger

Senin, 08 Oktober 2012

PALANG PINTU KERETA API


  

Pagi ini dinginya menusuk, mungkin gara-gara hujan lebat yang mengguyur semalaman haaaahh,,,,, dingin, dingin sekali. Sepertinya aku akan bekerja lebih  keras hari ini tapi sebelum lalu lintas menjadi padat biarkan aku sejenak menikmati segarnya udara pagi ini yang menebarkan bau basah disekitarku, karena dalam hitungan menit hidungku akan disumbat oleh debu-debu yang beterbangan, asap tepal mengepul dari cerobomg-cerobong knalpot dan menerpa wajahku, suara-suara bising klakson akan merusak gendang telingaku. Hey,,, pak penjaga tak bisakah kau pakaikan aku masker? Beri aku jaket, pakaikan aku helm atau kacamata, hey,, hey,, hoeeeyyy,,,,!!! Percuma, sekeras apapun aku berteriak mana mungkin dia mendengarku, aku cuma seonggok besi penjaga palang pintu kereta api, benda mati, cuma bisa berdiri disini sepanjang hari, sepanjang tahun bahkan mungkin selamanya sampai kiamat.
Beginilah tugasku setiap hari, menaik turunkan lenganku ketika kereta api itu melewati sisi-sisi tubuhku, aku bekerja mengandalkan si penjaga tua yang biasa menjalankan ku dengan mesin-mesinnya, bosan sekali,,,,, seandainya bisa aku ingin sebentar saja duduk, ingin melemaskan otot-ototku yang kaku, aku mau dipijit agar badanku rileks,,,, hahahaha keinginan yang bodoh. Tapi demi kelancaran lalu lintas aku harus melaksanakan tanggung jawabku, banyaknya kereta api yang lewat terkadang membuatku was-was karena tak semua pengendara bisa sabar menunggu, yang akhirnya membuat mereka nekat menerobos lenganku yang panjang, inginya aku tahan mereka dan bilang “sabar bodoh, kereta api sebentar lagi lewat, kalau kau tersambar tamat riwayatmu”. Tapi lagi-lagi aku tak bisa melakukannya, para pengendara itu tetap saja seenaknya tak memperdulikan keselamatan. Sampai akhirnya,,,,,,, (jederrrrrrrr) benarkan apa yang aku bilang, itulah akibatnya jika kalian tak mengindahkan aku, merepotkan saja. Disuruh taat lalu lintas aja kog susah, pemandangan yang benar-benar tak ingin kusaksikan, mayat-mayat bergelempangan, darah bercecer dimana-mana, potongan tulang dan daging bikin kotor saja. Gak usah nangis, itukan juga gara-gara ulah kalian sendiri hey manusia.
Akhirnya hujan turun juga, paling tidak airnya bisa mencuci kotoran yang berserakan disekitarku dan menyegarkan kembali pandanganku, haahhhh,, seandainya manusia-manusia itu bisa menghargai benda-benda mati yang ada disekitarnya, sadar bahwa benda-benda itu ada juga untuk memenuhi kebutuhan mereka, meraka yang membuat kenapa mereka juga yang menyakiti benda-benda ini, kalau semua benda-benda mati ini bisa hidup mungkin sudah botak rambut manusia abis dijambak-jambak. Hahahaha.... untungnya itu tidak mungkin terjadi, jadi selama aku ditakdiran menjadi palang pintu kereta api, aku akan menjadi benda mati yang baik hati, melakukan tugas-tugasku sepenuh hati demi manusia-manusia bumi yang juga baik hati dan menyayangi benda-benda mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar