Pagi
ini dinginya menusuk, mungkin gara-gara hujan lebat yang mengguyur semalaman
haaaahh,,,,, dingin, dingin sekali. Sepertinya aku akan bekerja lebih keras hari ini tapi sebelum lalu lintas
menjadi padat biarkan aku sejenak menikmati segarnya udara pagi ini yang
menebarkan bau basah disekitarku, karena dalam hitungan menit hidungku akan
disumbat oleh debu-debu yang beterbangan, asap tepal mengepul dari
cerobomg-cerobong knalpot dan menerpa wajahku, suara-suara bising klakson akan
merusak gendang telingaku. Hey,,, pak penjaga tak bisakah kau pakaikan aku
masker? Beri aku jaket, pakaikan aku helm atau kacamata, hey,, hey,,
hoeeeyyy,,,,!!! Percuma, sekeras apapun aku berteriak mana mungkin dia
mendengarku, aku cuma seonggok besi penjaga palang pintu kereta api, benda
mati, cuma bisa berdiri disini sepanjang hari, sepanjang tahun bahkan mungkin
selamanya sampai kiamat.
Beginilah
tugasku setiap hari, menaik turunkan lenganku ketika kereta api itu melewati
sisi-sisi tubuhku, aku bekerja mengandalkan si penjaga tua yang biasa
menjalankan ku dengan mesin-mesinnya, bosan sekali,,,,, seandainya bisa aku
ingin sebentar saja duduk, ingin melemaskan otot-ototku yang kaku, aku mau
dipijit agar badanku rileks,,,, hahahaha keinginan yang bodoh. Tapi demi
kelancaran lalu lintas aku harus melaksanakan tanggung jawabku, banyaknya
kereta api yang lewat terkadang membuatku was-was karena tak semua pengendara
bisa sabar menunggu, yang akhirnya membuat mereka nekat menerobos lenganku yang
panjang, inginya aku tahan mereka dan bilang “sabar bodoh, kereta api sebentar
lagi lewat, kalau kau tersambar tamat riwayatmu”. Tapi lagi-lagi aku tak bisa
melakukannya, para pengendara itu tetap saja seenaknya tak memperdulikan
keselamatan. Sampai akhirnya,,,,,,, (jederrrrrrrr) benarkan apa yang aku
bilang, itulah akibatnya jika kalian tak mengindahkan aku, merepotkan saja.
Disuruh taat lalu lintas aja kog susah, pemandangan yang benar-benar tak ingin
kusaksikan, mayat-mayat bergelempangan, darah bercecer dimana-mana, potongan
tulang dan daging bikin kotor saja. Gak usah nangis, itukan juga gara-gara ulah
kalian sendiri hey manusia.
Akhirnya hujan turun juga, paling tidak airnya bisa
mencuci kotoran yang berserakan disekitarku dan menyegarkan kembali
pandanganku, haahhhh,, seandainya manusia-manusia itu bisa menghargai
benda-benda mati yang ada disekitarnya, sadar bahwa benda-benda itu ada juga
untuk memenuhi kebutuhan mereka, meraka yang membuat kenapa mereka juga yang
menyakiti benda-benda ini, kalau semua benda-benda mati ini bisa hidup mungkin
sudah botak rambut manusia abis dijambak-jambak. Hahahaha.... untungnya itu
tidak mungkin terjadi, jadi selama aku ditakdiran menjadi palang pintu kereta
api, aku akan menjadi benda mati yang baik hati, melakukan tugas-tugasku
sepenuh hati demi manusia-manusia bumi yang juga baik hati dan menyayangi benda-benda
mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar